Kamis, 21 Oktober 2010

PROBLEMATIKA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN DIRUMAH SAKIT PADA MASYARAKAT

Latar Belakang Masalah
Menjelang era pasar bebas atau dikenal AFTA (Asean Free Trade Assosiation) diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya adalah akreditasi rumah sakit yang ada saat ini mulai dituntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1990).
Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai didalam pemberian pelayanan kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan lingkungannya untuk mencapai suatu keseimbangan yang dinamis mempunyai fungsi utama melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta sebagai tempat penelitian berdasarkan surat keputusan.
Tenaga perawat yang merupakan “The caring profession” mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Tuntutan dan kebutuhan asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh dari rumah sakit. Tanggung jawab ini memang berat mengingat bahwa keperawatan di Indonesia masih dalam tahap awal proses professional.
Kualitas pelayanan keperawatan suatu rumah sakit dinilai dari kepuasan pasien yang sedang atau pernah dirawat yang merupakan ungkapan rasa lega atau senang karena harapan tentang sesuatu kebutuhan pasien terpenuhi oleh pelayanan keperawatan yang bila diuraikan berarti kepuasan terhadap kenyamanan, kecepatan, pelayanan, keramahan dan perhatian. Sementara rasa puas sendiri mempunyai nilai yang relative tergantung dari masing-masing individu (Wijono, 2003).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan, beban kerja, pelatihan dan masa kerja.




BAB II
PERAWAT.
A.      Definisi Peran Perawat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
Tenaga keperawatan merupakan sumber daya mayoritas yang bekerja di rumah sakit dan juga merupakan tenaga yang melakukan kontak langsung dan kontak paling lama dengan pasien oleh karena itu penanganan dan pengelolaannya harus lebih diperhatikan agar mereka dapat menjalankan peranannya sesuai dengan ilmu dan keahlian yang dimilikinya.
Perawat adalah sumber daya kesehatan terdekat dengan masyarakat yang telah dimiliki pemerintah yang terlupakan untuk dilibatkan lebih besar dalam mengatasi problematika kesehatan masyarakat.

B.      PADA PERAN INI PERAWAT DIHARAPKAN MAMPU
  1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
  2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.
Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.
C.      Elemen Peran
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.
D.     Client Advocate (Pembela Klien)
1.      Tugas perawat :
a.       Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
b.      Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).
2.      Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
a.       Hak atas informasi yang benar
b.      Hak untuk bekerja sesuai standart
c.       Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
d.      Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
e.       Hak atas rahasia pribadi
f.        Hak atas balas jasa
3.      Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Peran perawat :
·         Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
·         Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
·         Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
·         Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
4.      Educator :
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.










BAB III
MASALAH YANG TIMBUL DALAM PELAYANAN KESEHATAN DIRUMAH SAKIT

Sebut satu saja pekerjaan yang sangat mulia, jawaban yang mungkin paling banyak muncul adalah perawat. Betapa tidak, merawat pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang sangat sulit. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita penyakit.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perawat berpendapat bahwa  faktor lingkungan kerja antara lain motivasi kerja, proses manajemen, penghargaan profesi, tehnik komunikasi, kepekaan hati nurani, rasa percaya diri dan kreativitas perawat sangat mempengaruhi perawat dalam melaksanakan perannya. Begitu pula dengan faktor lingkungan keluarga yang turut serta mempengaruhi pekerjaan perawat sehari-hari di rumah sakit.  
Beberapa factor yang yang mempengarui pelayanan kesehatan dirumah sakit oleh perawat:
1.     Tingginya biaya tarip rumah sakit.
Dalam etika profesi, menyelamatkan kehidupan adalah nilai etik yang baik dan sudah sepantasnya setiap tenaga medis melakukan hal itu. Tetapi pada sisi ini pula telah timbul konflik tersendiri, menyangkut kualitas kehidupan yang bagaimana yang akan dipertahankan. Belum lagi dari segi biaya pelayanan tarip rumah sakit terhadap kesehatan yang harus dikeluarkan pasien. Jika untuk mempertahankan kehidupan diperlukan biaya yang amat besar dan pasien tidak mampu menyediakannya, apakah tenaga medis akan memaksakan atau bagaimana jika pasien menolak perawatan dan penanganan medik untuknya? Semua hal di atas sepenuhnya jelas merupakan salah satu factor yang mempengarui dalam pelayanan kesehatan.

2.     Rumah sakit bukan lagi sebagai sentral pelayanan kesehatan tetapi juga  dijadikan lahan bisnis.
Kesadaran untuk tetap memegang teguh etika menjadi pekerjaan yang sangat sulit dilakukan oleh seorang dokter di tengah tuntutan ekonomi dewasa ini. Profesi kedokteran perlahan menuju kearah proletar dan bukan lagi professional, maka yang diutamakan hanyalah kompetensi tanpa watak baik, sehingga sisi kemanusiaannya semakin terkikis. Dalam polemik ini, pelayanan kesehatan tidak lagi berdasarkan kemanusiaan, tetapi berorientasi kepada bisnis.
Sehingga peran peran perawat sesuai dengan sumpah yang ucapakn di kode etik keperawan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Peran perawat sebagai berikut :
·         Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
·         Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
3.     Salah sasarnya pemberian pelayanan kesehatan gratis pada masyarakat miskin.
Dewasa ini semakin muncul ke permukaan kasus-kasus kelalaian pelayanan kesehatan, baik yang dilakukan oleh  rumah sakit secara institusional. Peran pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu merupakan tanggung jawab bagi pihak pemerintah dimana Semakin berkembangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat atas hak mereka khususnya dalam pelayanan kesehatan gratis. Tetapi kadang kalah hak mereka dirampas oleh pihak pemerinta setempat dikarenakan pemerintah tidak lagi memandang strata social pada masyarakat tetapi yang berhak mendapatkan kesehatan gratis adalah pihak biorokarasi setempat, system kekeluargaan, kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat kurang mampu tentang keehatan gratis dan tingkat poendidikan masyarakat kurang mampu rendah, sehingga tidak dapat mengurus surat keterangan kurang mampu. Penyelasan tadi menyebabkan salah sasarannya pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu.  

4.      Kurang perlengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh perawat dalam memberikaikan pelayanan kesehatan.
Berbagai manfaat dapat diperoleh dari optimalisasi peran dan tanggung jawab perawat. Manfaat utama adalah peningkatan akses dan cakupan pelayanan kesehatan yang luas hingga pelosok tanah air. Karena pelayanan kesehatan dilakukan secara optimal dengan menyediakan perlengkapan sarana dan prasarana yang dibuthkan olehtega medis, dokter dan perawat hingga kepelosok tana air, maka biaya rujukan dan perawatan lan jutan akibat bertambah parahnya penyakit pasien di rumah sakit dapat dihemat, subsidi bisa dialihkan untuk sektor kesehatan lain. Sehingga, penyakit-penyakit akibat kurangnya pengetahuan dan perilaku budaya tidak sehat seperti gizi buruk, penyakit infeksi, kematian ibu dan bayi dapat lebih ditekan.
Bila hal diatas dapat tercapai, derajat kesehatan penduduk indonesia akan semakin meningkat. Produktifitas penduduk meningkat dengan human development index yang baik akan meningkatkan martabat bangsa. Peningkatan kompetensi perawat juga memberi peluang masuknya devisa negara, mengingat kebutuhan perawat di negera-negara maju sangat besar dan saat ini minat masyarakat Indonesia menjadi perawat masih cukup tinggi.












BAB IV
Penutup
1.     Kesimpulan.
berdasarkan penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwah factor-faktor yang dapat mempengarui pelayanan kesehatan oleh perawat pada rumah sakit yaitu:
a.       tingginya biaya tarip rumah sakit,
b.      rumah sakit di jadikan sebagi ajang bisnis.
c.       Salah sasarannya pemberian surat keterangan tidak mampu.
d.      Minimnya sarana dan prasarana kesehatan.
Factor  di ataslah yang berperan besar dalam memberikan pelayanan secara propesional.
2.     Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, disarankan kepada pihak pemerinta dan manajemen rumah sakit beberapa hal yaitu:
  1. Mengupayakan agar dilengkapinya sarana dan prasana yang dibutuhkan agar dapat memperlancar pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan sehari-hari.
  2. Pendidikan dan pelatihan yang rutin kepada semua perawat pelaksana sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan rasa percaya diri mereka.
  3. Memberikan promosi pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat.
  4. Mengembalikan fungsi utama rumah sakit bukan dijadikan ajang bisnis.
Demikianlah faktor-fakktor  yang mempengarui sistem pelayanan dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Brouwer, M.A.W., Alisjahbana, A., Sidharta, A. 1983. Rumah Sakit Dalam Cahaya Ilmu Jiwa. Sentuhan Manusiawi. PT Grafidian Jaya. Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan   Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Davis, L. 2005. Florence Nightingale. Suggested Reading. http://www.nurseweek.com/celce650a.htm/. Diakses 2005.
Departemen Kesehatan. 1997. Standar Asuhan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Jakarta.
Departemen Kesehatan. 1998. Standar Asuhan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Jakarta.
Dossey, B.M. 1995. Florence Nightingale. Distinguished women of past and present. http:// www.microsoft.com/encarta/. Diakses 2005.
Handoke, V.S. 2005. Birokrasi Medis. Opini. Universitas Atmajaya. Jogjakarta.
Ismani, N. 2000. Etika Keperawatan. Penerbit Widya Medika. Jakarta.
Miles, B. Matthew and Huberman. 1992. Analisis data kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohidi, UI Press, Jakarta.
Nontji, W. 2004.  Manajemen dalam Keperawatan. Bahan Kuliah pada Program Magister Administrasi Rumah Sakit UNHAS. Makassar.
Nurachmah, E. 1999. Hubungan antara falsafah, paradigma, model konseptual, teori keperawatan dan metodologi ilmiah. Makalah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Sabarguna, B Ismani, N. 2000. Etika Keperawatan. Penerbit Widya Medika. Jakarta.
Scott, G. 2005. An Equal Opportunity/Affirmative Action Employers. http:// www.state.ma.us/. Diakses 2005
Soeroso, S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. Suatu Pendekatan Sistem. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sumarni. 2003. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY.
Swanburg, R.C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar